Pages

Selasa, 18 Maret 2014

Buku Kurikulum Tak Dikirim ke Sekolah

Distribusi buku Kurikulum 2013 diubah. Buku-buku tersebut tidak lagi dikirim oleh percetakan ke masing-masing sekolah, namun sekolah yang diminta mencari dan membeli buku tersebut di pasaran dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
”Buku itu tidak dikirim ke sekolah lagi, beda dari sebelumnya. Uang BOS diberikan ke sekolah, nanti buku setelah dicetak di­pasarkan, sekolah membeli buku di pasar,” kata Ketua Unit Im­plementasi Kurikulum Pusat, Tjipto Sumadi, di Jakarta, ke­marin.
Kebijakan tersebut diambil mengingat sudah seluruh sekolah di Indonesia menjalankan kurikulum baru mulai tahun ajaran 2014/2015.
Gerakan BOS
Pihaknya khawatir jika menggunakan sistem pengedropan, distribusi buku belum rampung hingga tahun ajaran baru dimulai. Karena itu, Kemdikbud memberikan kewenangan kepada sekolah untuk menyediakan buku dengan membeli menggunakan dana BOS, diha­rap­kan menjadi solusi efektif.
”Sekolah bisa beli lewat toko buku atau bisa bersama-sama ke perusahaan (percetakan). Kalau dikirim belum tentu buku itu sampai. Pendistribusian tidak mudah. Kalau ada sekolah pasti di sana ada toko buku,” ungkapnya.
Dia mengemukakan, pengadaan buku kurikulum untuk siswa dan guru tetap gratis, karena pembiayaan ditanggung pemerintah melalui dana BOS.
”Kalau uang BOS tidak cukup untuk beli buku, Kemdikbud akan kirim uang tambahan BOS buku. Sudah ada anggarannya,” ujarnya.
Meski penjualan buku kurikulum diserahkan kepada pasar, dia meyakini tidak ada permainan harga.
”Meski dilepas ke pasar, harganya bisa dikontrol melalui harga eceran tertinggi (HET). Tidak akan melampaui HET yang sudah kita tentukan,” imbuhnya. sumber:suara merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar